METODE PERANGKAP JEBAK
(PITFALL TRAP) PADA HEWAN TANAH
Tidak semua hewan dalam suatu komunitas
biotik individu populasinya dapat dihitung atau kerapatan populasinya dapat diukur.
Dalam hal ini pengetahuan mengenai kelimpahan dalam kerapatan relatif sudah
cukup, meskipun besar populasi yang sebenarnya tidak kita ketahui namun
gambaran mengenai kelimpahan populasi yang berupa suatu indeks sudah dapat memberikan
informasi mengenai banyak hal. Misalnya mengenai berubah-ubahnya populasi hewan
di suatu area pada waktu yang berbeda atau berbeda-bedanya populasi-populasi hewan
pada area atau komunitas yang berbeda. Teknik dan penentuan indeks kelimpahan
itu banyak sekali macamnya tergantung dari spesies hewan berikut kekhasan
prilakunya serta macam habitat yang ditempatinya. Salah satu metode yang akan
digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Perangkap Jebak (Pitfall
trap). Perangkap jebak itu berupa tabung atau bejana tinggi sedarhana yang dibenamkan
dalam tanah, hingga mulut tabung itu rata dengan permukaan tanah maupun serasah
yang menutupinya.
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang
hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri
adalah suatatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang
merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organic yang terdiri
dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya.
Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan
denikian, kehidupan hewan tanah sangatdi tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah,
karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah
selalu diukur.
Pengukuran
faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan dan ada pula
yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor fisika-kimia
tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan dibawa ke
laboraturium.
Dilapangan
hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit
fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak
juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.
Perangkap
jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana yang ditanam di tanah.
Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan
agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap maka
perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar
perangkap sebaliknya minimal 5 m.
Pada
perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan tanah akan jatuh
terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, sedangkan
perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh
bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang jatuh dalam perangkap akan terawat oleh formalin atau zat
kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebut
Kelompok
hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam, mulai dari protozoa, Nematoda,
anaelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata. Hewan tanah dapat pula di
kelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang
dipilihnya, dan kegiatan makannya. Berdasarkan ukuran tubuhnya hewan-hewan
tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran
mikrofauna berkisar antara 20 mikron sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara
200 mikron sampai dengan 1 cm, dan makrofauna > 1 cm ukurannya. Berdasarkan
kehadirannya, hewan tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, penodik, dan
permanen. Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai
epigon, hemiedafon, dan eudafon. Hewan epigon hidup pada lapisan
tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon hidup pada lapisan organik
tanah, dan eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan
makannya hewan tanah itu ada yang bersifat herbivora, dapravora, fungivora dan
predator.
Perangkap
jebak pada prinsipnya ada dua macam, yaitu perangkap jebak tanpa umpan penarik, dan perangkap dengan umpan.
Berikut gambar alat
perangkap jebak.
Kehidupan hewan tanah maupun hewan lainnya
sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi
suatu jenis hewan di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan
perkataan lain keberadaan dan kepadatan suatu populasi suatu jenis hewan di
suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan,yaitu lingkungan abiotik
dan lingkungan biotik.
Faktor lingkungan abiotik secara
besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara
lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara
lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah.
Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang
terdapat di suatu habitat.
Faktor lingkungan biotik bagi hewan
tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti
mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainya. Pada komunitas itu
jenis-jenis organisme itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, kompetisi dan penyakit.
Dalam studi ekologi hewan tanah, pengukuran faktor
lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik
itu terhadap keberadaan dan kepadatan populasi kelompok hewan ini. Dengan
dilakukannya pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat diketahui
faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi hewan
yang di teliti. Tidak pula dapat dipungkiri, bahwa dalam mempelajari ekologi
hewan tanah perlu diketahui metode-metode pengambilan contoh di lapangan karena
hewan itu relatif kecil dan tercampur dengan tanah. Analisis statistik pun
perlu diketahui agar didapat kesimpulan yang sahih dari penelitian yang
dilakukan.
Salah satu yang cukup sulit dalam mempelajari ekologi hewan
tanah adalah masalah pengenalan jenis. Pada tanah hidup hampir semua golongan
hewan mulai dari protozoa sampai mamalia. Seseorang yang mempelajari ekologi
hewan tanah minimal dapat mengenal kelompok (genera atau famili, minimal ordo)
dari hewan tanah yang dipelajari. Untuk studi tetentu haruslah dapat
diidentifikasi sampai tingkat jenis (spesies) dari hewan tanah yang diteliti. Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik
yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu
sendiri adalah suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang
merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri
dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah
bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan demikian,
kehidupan hewan tanah sangat di tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena
itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu
diukur. Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung
di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk
pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan
pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium.
Di lapangan
hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit
fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak
juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik. Perangkap jebak
sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana atau gelas plastik yang ditanam
di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di
permukaan tanah tidak masuk ke
dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m. Perangkap jebak pada prinsipnya ada
dua macam, yaitu perangkap jebak tanpa umpan penarik, dan perangkap dengan
umpan. Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam, mulai dari
protozoa, Nematoda, anaelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata.
Pada
perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan
tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan
menuju ke perangkap itu, sedangkan perangkap dengan
umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik
oleh bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang jatuh dalam perangkap akan terawat
oleh formalin atau zat kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebu.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan perangkap jebak yaitu gelas plastik (luas permukaan
51,5 cm2), lidi, styrofoam, sekop, alat tulis, kertas label, alkohol 70% dan
larutan asam asetat 5%. Untuk mengukur faktor lingkungan digunakan pH meter,
higrometer, termometer (Yenaco) dan mistar. Dalam pengumpulan sampel, alat yang
digunakan yaitu pinset, kantung plastik dan karet. Dalam identifikasi sampel
serangga digunakan mikroskop dengan perbesaran 20x.
Gambar
1. Alat dan Bahan
CARA
KERJA
Perangkap jebak dengan jumlah yang sama
dipasang secara acak pada lahan pengamatan dengan vegetasi yang berbeda
macamnya. Untuk memudahkan pengenalan lokasi tiap perangkap, cabang perdu
terdekat berilah tanda dengan menggunakan tali rafia. Pasangkan perangkap-perangkap
itu pada pagi hari dan hasilnya diambil pada sore hari. Hasil penangkapan yang
dipasang sore hari diambil pada pagi hari esoknya. Kumpulkan hasil perangkap
itu (berikut larutan Pengawnya) dalam katung-kantung atau botol film yang masing-masing
telah diberi label yang lengkap. Pengerjaan selanjutnya meliputi identifikasi
dan pencacahan jumlah individu tiap takson yang didapat, dilakukan di
laboratorium.
Satuan
kelimpahan relative disini adalah jumlah individu perwaktu (malam, siang hari)
per perangkap, karena itu maka lamanya waktu serta jumlah perangkap yang
dipasang pada lahan-lahan pengamatan yang diperbandingkan harus sama. Dari data
masing-masing kelompok kerja diisikan dalam lembaran data. Untuk selanjutnya
dikomplikasikan dari seluruh kelompok kerja.
1.
Penentuan
Lokasi
Lokasi pengambilan sampel dipilih pada
2 (dua) kondisi habitat yang berbeda yaitu hutan homogen dan hutan heterogen.
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di jalur Cikaweni dan pengumpulan data
dilakukan menggunakan metode perangkap jebak (pit fall trap).
2.
Pengambilan
Sampel
Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara memasang sepuluh perangkap jebak pada kedua habitat. Perangkap
diisi dengan larutan alcohol 70% dan ditambahkan larutan asam asetat 5%
sebanyak 1 tetes pada masing-masing perangkap. Perangkap dipasang secara random
dan dibiarkan selama 3 hari kemudian sampel yang tertangkap dikumpulkan.
Gambar 2. Pemasangan
Perangkap Jebak
3.
Pengukuran
Faktor Lingkungan
Pengambilan
data factor lingkungan dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Data
yang diambil meliputi suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah
dan ketebalan serasah pada tiap perangkap jebak.
4.
Identifikasi
Sampel
Sampel yang didapat
kemudian dibawa ke laboratorium Zoologi Universitas Nasional untuk diidentifkasi
,dengan mengunakan buku identifikasi ,Pictorial Keys To Soil Animals
Of China (Yin Wenying et al, 2000), The Insects Of Australia Volume
I&II (Anonymous, 1991) dan Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar