Laman

Senin, 26 November 2012

METODE PERANGKAP JEBAK


METODE PERANGKAP JEBAK (PITFALL TRAPPADA HEWAN TANAH

Tidak semua hewan dalam suatu komunitas biotik individu populasinya dapat dihitung atau kerapatan populasinya dapat diukur. Dalam hal ini pengetahuan mengenai kelimpahan dalam kerapatan relatif sudah cukup, meskipun besar populasi yang sebenarnya tidak kita ketahui namun gambaran mengenai kelimpahan populasi yang berupa suatu indeks sudah dapat memberikan informasi mengenai banyak hal. Misalnya mengenai berubah-ubahnya populasi hewan di suatu area pada waktu yang berbeda atau berbeda-bedanya populasi-populasi hewan pada area atau komunitas yang berbeda. Teknik dan penentuan indeks kelimpahan itu banyak sekali macamnya tergantung dari spesies hewan berikut kekhasan prilakunya serta macam habitat yang ditempatinya. Salah satu metode yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Perangkap Jebak (Pitfall trap). Perangkap jebak itu berupa tabung atau bejana tinggi sedarhana yang dibenamkan dalam tanah, hingga mulut tabung itu rata dengan permukaan tanah maupun serasah yang menutupinya.
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organic yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan denikian, kehidupan hewan tanah sangatdi tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur.
Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium.
Dilapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.
Perangkap jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana yang ditanam di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m.
Pada perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, sedangkan perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang  jatuh dalam perangkap akan terawat oleh formalin atau zat kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebut
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam, mulai dari protozoa, Nematoda, anaelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata. Hewan tanah dapat pula di kelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya, dan kegiatan makannya. Berdasarkan ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 mikron sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200 mikron sampai dengan 1 cm, dan makrofauna > 1 cm ukurannya. Berdasarkan kehadirannya, hewan tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, penodik, dan permanen. Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai epigon, hemiedafon, dan eudafon. Hewan epigon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon hidup pada lapisan organik tanah, dan eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya hewan tanah itu ada yang bersifat herbivora, dapravora, fungivora dan predator.
Perangkap jebak pada prinsipnya ada dua macam, yaitu perangkap jebak tanpa  umpan penarik, dan perangkap dengan umpan.
Berikut gambar alat perangkap jebak.

Kehidupan hewan tanah maupun hewan lainnya sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan suatu populasi suatu jenis hewan di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan,yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.
Faktor lingkungan abiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat.
Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainya. Pada komunitas itu jenis-jenis organisme itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, kompetisi dan penyakit.
Dalam studi ekologi hewan tanah, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan dan kepadatan populasi kelompok hewan ini. Dengan dilakukannya pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat diketahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi hewan yang di teliti. Tidak pula dapat dipungkiri, bahwa dalam mempelajari ekologi hewan tanah perlu diketahui metode-metode pengambilan contoh di lapangan karena hewan itu relatif kecil dan tercampur dengan tanah. Analisis statistik pun perlu diketahui agar didapat kesimpulan yang sahih dari penelitian yang dilakukan.
Salah satu yang cukup sulit dalam mempelajari ekologi hewan tanah adalah masalah pengenalan jenis. Pada tanah hidup hampir semua golongan hewan mulai dari protozoa sampai mamalia. Seseorang yang mempelajari ekologi hewan tanah minimal dapat mengenal kelompok (genera atau famili, minimal ordo) dari hewan tanah yang dipelajari. Untuk studi tetentu haruslah dapat diidentifikasi sampai tingkat jenis (spesies) dari hewan tanah yang diteliti. Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan demikian, kehidupan hewan tanah sangat di tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur. Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium.
Di lapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik. Perangkap jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana atau gelas plastik yang ditanam di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m. Perangkap jebak pada prinsipnya ada dua macam, yaitu perangkap jebak tanpa umpan penarik, dan perangkap dengan umpan. Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam, mulai dari protozoa, Nematoda, anaelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata.
Pada perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, sedangkan perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang jatuh dalam perangkap akan terawat oleh formalin atau zat kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebu.

ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan perangkap jebak yaitu gelas plastik (luas permukaan 51,5 cm2), lidi, styrofoam, sekop, alat tulis, kertas label, alkohol 70% dan larutan asam asetat 5%. Untuk mengukur faktor lingkungan digunakan pH meter, higrometer, termometer (Yenaco) dan mistar. Dalam pengumpulan sampel, alat yang digunakan yaitu pinset, kantung plastik dan karet. Dalam identifikasi sampel serangga digunakan mikroskop dengan perbesaran 20x.
Gambar 1. Alat dan Bahan

CARA KERJA
Perangkap jebak dengan jumlah yang sama dipasang secara acak pada lahan pengamatan dengan vegetasi yang berbeda macamnya. Untuk memudahkan pengenalan lokasi tiap perangkap, cabang perdu terdekat berilah tanda dengan menggunakan tali rafia. Pasangkan perangkap-perangkap itu pada pagi hari dan hasilnya diambil pada sore hari. Hasil penangkapan yang dipasang sore hari diambil pada pagi hari esoknya. Kumpulkan hasil perangkap itu (berikut larutan Pengawnya) dalam katung-kantung atau botol film yang masing-masing telah diberi label yang lengkap. Pengerjaan selanjutnya meliputi identifikasi dan pencacahan jumlah individu tiap takson yang didapat, dilakukan di laboratorium.
Satuan kelimpahan relative disini adalah jumlah individu perwaktu (malam, siang hari) per perangkap, karena itu maka lamanya waktu serta jumlah perangkap yang dipasang pada lahan-lahan pengamatan yang diperbandingkan harus sama. Dari data masing-masing kelompok kerja diisikan dalam lembaran data. Untuk selanjutnya dikomplikasikan dari seluruh kelompok kerja.
1.      Penentuan Lokasi
Lokasi pengambilan sampel dipilih pada 2 (dua) kondisi habitat yang berbeda yaitu hutan homogen dan hutan heterogen. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di jalur Cikaweni dan pengumpulan data dilakukan menggunakan metode perangkap jebak (pit fall trap).
2.      Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memasang sepuluh perangkap jebak pada kedua habitat. Perangkap diisi dengan larutan alcohol 70% dan ditambahkan larutan asam asetat 5% sebanyak 1 tetes pada masing-masing perangkap. Perangkap dipasang secara random dan dibiarkan selama 3 hari kemudian sampel yang tertangkap dikumpulkan.
Gambar 2. Pemasangan Perangkap Jebak
3.      Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengambilan data factor lingkungan dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Data yang diambil meliputi suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah dan ketebalan serasah pada tiap perangkap jebak.
4.      Identifikasi Sampel
Sampel yang didapat kemudian dibawa ke laboratorium Zoologi Universitas Nasional untuk diidentifkasi ,dengan mengunakan buku identifikasi ,Pictorial Keys To Soil Animals Of China (Yin Wenying et al, 2000), The Insects Of Australia Volume I&II (Anonymous, 1991) dan Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar